Tepat di ujung perpisahan......

Setelah kegembiraan itu
Sesaat kemudian,,keheningan memuncah. Mereka setelah mengisi acara, sebagian berlari ke tiang bendera Porda, pertanda sebentar lagi pesta usai.
Dan api porda dipadamkan dengan secepat waktu menggelincing

Tepat di ujung perpisahan hari

Pulanglah mereka
Beranjaklah mereka
Suasana kembali lengang,
Sorak sorai menjadi hening.
Kembali kesisi semula
Pengunjung pantai seruni seperti biasa. Rindu

( Oleh : Dion Syaif Saen )

Sosok Relawan Porda XV Bantaeng.

Nur Inayah, wajahnya selalu mewarnai Ruangan dan meja merah, tempat mereka menunggu distribusi konsumsi
Dia Relawan Juga di Porda ke.XV ini.
Dengan bangga dia menuliskan di atributnya. Dengan Kordinator Olah Raga Bantaeng Antar Nasi, disingkat KORBAN,,hehehehe, kreatif, dengan melengkapi hari ini,,ada kesedihan berpisah dengan teman-temannya. Saya mencoba melebur dan membuatnya merasa ingin selalu bersama mereka,

Detik-detik penutupan


Kami hanya berjejer diantara riuh
Mendengar, menyimak seksama sambutan dan menikmati uevoria
Sesekali menyela dan menikmati susunan acara. Atau sedikit diskusi lepas dibarengi canda. Setelah ini kita kemana? Apa kita saling merindukan. Saat kita kembali ke Gedung kartini tempat kita melaporkan hasil pertandingan dan peliputan?dan apakah mereka masih betah? Sebetah senja sejenak menjungkal.?

API


aku bukanlah seorangi pemuja api
walakin hasratku menggebu
untuk bertutur sepenggal cerita
tentang nasib api yang penasaran

baru saja negeriku usai hajatannya

perhelatan Porda XV dan Paralimpic III Bantaeng
diawali pengoboran api tanda mulai
pemadaman api sebagai akhir
api porda demikian nama ditasbihkan
adanya amat menentukan
awal dan akhir maksud
mulanya dilahirkan layaknya bayi
sepenuh hati membujuknya
mantra pemantik dilantunkan
biar lidahnya menjulur membakar tungku
jilat liar api meliuk

pesemaian pun digelar
pada sebuah wadah sakral
lalu disemayamkan menunggu perayaan
api porda api murni
hasil gesekan seorang empu
buah mantra leluhur
sederhana dalam laku
kala pengoboran disulut
api mengembang sesungging senyum
khalayak histeria
bagi api saat itu ibarat aqiqah baginya
sepekan gelaran hajatan bergelora
tibalah masa yang menggetarkan
menggetirkan bagi api
nasib apa yang menghadang di depan
perhelatan usai

api mesti dipadamkan
pesta harus diakhiri
sang api kelimpungan
minus ritus
tanpa mantra penjinak
nirlaku bujuk
ia dimatikan
riwayat api tamat
dipaksa mati meski penasaran
aku sebagai makhluk
di dalam tubuhku ada kembaran api
kurasakan sedih tak terkira
apiku bergumam

setiap yang dipaksa mati
kelak nanti mmberi warta
datang menagih janji

Api Porda telah padam


Buatku ini adalah penggalan kisah
Engkau diarak, diprosesikan, disemayamkan di rumah kebesaran pemimpin, dijaga dan ditunggu-tunggu
Moment yang bersejarah
Sore pukul 17.10 di jamku mengikuti detik-detik engkau raib dan sejenak dilupakan. Ada haru, ada kenduri, ada rindu, melucuti kemeriahan ini.Engkau pamit tanpa berkencan denganku. Atau menjawab tanyaku.Sembari sore merangkap manja.Telah usai

Daeng apa yang membuatmu sedih?



Serimoni penutupan telah usai
Pengisi dan pemandu acara tidak nampak lagi berlalu lalang. Para pejalan kaki. Penikmat acara, masyarakat bergerombol pulang dengan masing-masing cerita. Aku melihat sorot mata dan caramu berdiri berbeda seperti yang kukenal.Ada gerangan apa? Apa kesedihanmu adalah kesiau angin yang ikut memadamkan api porda yang begitu mudah dipadamkan?Daeng tersenyumlah

Untaian Kata - Tim Media Center Porda Bantaeng 2014.


Bangga mengenal kalian
dan pernah berada diantara kalian
dion syaif saen dalam ilustrasi kepekaan
kupinjam jiwa kalian
kuraih nafas dan resah kalian
meletakkan lebih awal ke relaan kalian
bagai memiliki kekuatan, untuk melawan perpisahan
dimana kita dipertemukan
kalian bukan sesuatu yang mereka kira
namun kalian adalah nilai tersendiri, walau tanpa ingin menjadi tereksptasi
hanya modal semangat kerelawanan. bukan hadir tak terbayar
justru tak ternilai. inilah kisah anak-anak jiwa
sepeluh keringatmu, sejedah waktumu
selepas pagi, gumam fajar merambat di ubun-ubunmu
mungkin ada tingkah
ada tutur
ada peristiwa yang menelan perasaan
namun aku belajar bersama kalian
belajar membagi waktu
membagi tugas dan kosnsiten
bukan apa-apa, meski sederhana namun kerja-kerja kalian luar biasa
lentera baru
lencana baru
kawan baru dalam ruang-ruang yang kita huni sewindu lamanya
ada perbedaan
ada ego
ada kesamaan
ada resah
amarah
semua menjadi lebur satu bagai Pitutur Doa
menjengukku saat risau menghalau jumawah
meretas kebekuan hati masing-masing
canda
tawa
hilir
mudik
menghalau terik
mengabarkan kepada khalayak ramai
tentang apa yang terjadi
dan apa yang telah menjadi fungsimu sebagai pewarta
dan detik bersemai
akan menghilang
merasakan kebiasaan ini dirampas
dan kita mampu menggagas
biar hidup dan kebersamaan kita terhias
maafku telah hadir melumur bersama kalian
pada tingkah, pada tutur
pada rias dan bahasa tubuhku yang tak lazim
ini bukan ending kawan
esok, masih kita dipertemukan, ditautkan jiwa kita
dalam moment yang berbeda, namun tetap nilai yang sama
Bangga mengenal kalian
dan pernah berada diantara kalian
Salam Relawan dari Cinta dan semangat yang tak pernah pudar